BEP (Break even point)
Break even point
adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam opersi tidak mengalami laba dan
tidak mengalami kerugian (dimana total penghasilan sama dengan biaya total).
Analisa BEP yang sering kali juga disebut dengan istilah “ Cost-Volume- Profit “ merupakan suatu alat analisa yang sering digunakan oleh manajemen didalam pengambilan keputusan atas masalah yang berkaitan dengan harga biaya, volume produksi ,.penjualan dan keuntungan.
Dengan memanfaatkan analisis pulang pokok, manajer dapat mengetahui titik impas (Break even point) yang menunjukkan volume penjualan dan produksi yang tidak mangakibatkan kerugian atau diperolehnya keuntungan analisis ini juga dapat dimanfaatkan untuk mengetahui berapa volume produksi dan penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan sejumlah keuntungan tertentu.
Analisa BEP yang sering kali juga disebut dengan istilah “ Cost-Volume- Profit “ merupakan suatu alat analisa yang sering digunakan oleh manajemen didalam pengambilan keputusan atas masalah yang berkaitan dengan harga biaya, volume produksi ,.penjualan dan keuntungan.
Dengan memanfaatkan analisis pulang pokok, manajer dapat mengetahui titik impas (Break even point) yang menunjukkan volume penjualan dan produksi yang tidak mangakibatkan kerugian atau diperolehnya keuntungan analisis ini juga dapat dimanfaatkan untuk mengetahui berapa volume produksi dan penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan sejumlah keuntungan tertentu.
Perusahaan dapat dikatakan dalam keadaan break even point
bila mana penghasilannya (revenue) yang diterima sama dengan ongkosnya dan juga
adanya keseimbagan dalam grafik break even dimana terdapat titik potong antara
garis hasil penjualan dan jumlah biaya-biaya.
Menurut Agus Sabardi, (1994 : 40) apabila dalam mengadakan analisa break even maka asumsi –asumsi dasar sebagai berikut :
1. Semua biaya dapat diklasifikasikan dan diukur secara realistic sebagai biaya tetap dan biaya variable
2. Harga jual per unit tidak berubah baik untuk jumlah penjualan sedikit maupun banyak atau dengan kata lain analisa break event tidak mengakui adanya potongan harga karena jumlah pembelian
3. Hanya terdapat satu jenis produk, apabila perusahaan memproduksi lebih dari satu jenis produk, maka harus dianggap satu jenis produk dengan proporsi yang tetap konstan .
4. Kebijakan manajemen tentang operasi perusahaan tidak berubah secara material dalam jangka waktu pendek.
5. Tingkat harga pada umumnya akan tetap stabil dalam jangka waktu pendek
6. Persediaan tetap konstan atau tidak ada persediaan
7. Efisiensi dan produktifitas per karyawan tidak berubah dalam
Menurut Agus Sabardi, (1994 : 40) apabila dalam mengadakan analisa break even maka asumsi –asumsi dasar sebagai berikut :
1. Semua biaya dapat diklasifikasikan dan diukur secara realistic sebagai biaya tetap dan biaya variable
2. Harga jual per unit tidak berubah baik untuk jumlah penjualan sedikit maupun banyak atau dengan kata lain analisa break event tidak mengakui adanya potongan harga karena jumlah pembelian
3. Hanya terdapat satu jenis produk, apabila perusahaan memproduksi lebih dari satu jenis produk, maka harus dianggap satu jenis produk dengan proporsi yang tetap konstan .
4. Kebijakan manajemen tentang operasi perusahaan tidak berubah secara material dalam jangka waktu pendek.
5. Tingkat harga pada umumnya akan tetap stabil dalam jangka waktu pendek
6. Persediaan tetap konstan atau tidak ada persediaan
7. Efisiensi dan produktifitas per karyawan tidak berubah dalam
Jenis
Biaya Berdasarkan Break Even (Titik Impas).
Biaya yang
dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Variabel Cost (biaya
Variabel)
Variabel
cost merupakan jenis
biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana
perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya
variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau
variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.
2. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed
cost merupakan jenis
biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan
dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan
konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga.
Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
3. Semi Varibel Cost
Semi variabel
cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang
kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis
ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi
Cara Simple Menghitung Break Even Point dalam Usaha
Kecil
Dengan kondisi bunga
deposito yang semakin menurun, tentunya tidak memberikan return yang cukup
baik kita untuk meningkatkan daya beli kita akan dana yang kita miliki. Hal
ini bisa disebabkan oleh tingkat inflasi yang lebih besar dari bunga
deposito.
Bila kita mencoba
untuk memulai suatu usaha baru dalam rangka untuk meningkatkan return
kita (apapun usaha yang kita pilih seperti toko lampu, toko HP, toko
stationary, usaha laundry dll), tentunya kita perlu :
1. menghitung-hitung
berapa dana yang diperlukan untuk menyewa tempat usaha, membeli perabotan,
mempekerjakan karyawan dan hal-hal lain
2. membuat proyeksi : a. berapa volume penjualan yang perlu diperoleh agar dapat minimal menutup seluruh biaya-biaya timbul. Ini dikenal dengan istilah Break Even Point (Biasa disingkat BEP) dimana seluruh biaya yang timbul sama dengan total penjualan yang diperoleh, sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan maupun kerugian b. berapa volume penjualan yang diperlukan agar kita dapat memperoleh laba yang kita targetkan
Untuk dapat membuat
proyeksi tersebut tentunya kita perlu mengetahui bagaimana cara menghitung
Break Even Point atau yang biasa disingkat BEP.
Dalam menyusun
perhitungan BEP, kita perlu menentukan dulu 3 elemen dari rumus BEP yaitu :
1. Fixed Cost (Biaya
tetap) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyewa tempat usaha, perabotan,
komputer dll. Biaya ini adalah biaya yang tetap kita harus keluarkan walaupun
kita hanya menjual 1 unit atau 2 unit, 5 unit, 100 unit atau tidak menjual
sama sekali
2. Variable cost
(biaya variable) yaitu biaya yang timbul dari setiap unit penjualan contohnya
setiap 1 unit terjual, kita perlu membayar komisi salesman, biaya antar,
biaya kantong plastic, biaya nota penjualan
3. Harga penjualan
yaitu harga yang kita tentukan dijual kepada pembeli
Adapun rumus untuk
menghitung Break Even Point ada 2 yaitu :
1. Rumus BEP untuk
menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi Break Even Point :
Total Fixed Cost
__________________________________ Harga jual per unit dikurangi variable cost
Contoh :
Fixed Cost suatu toko lampu : Rp.200,000,- Variable cost Rp.5,000 / unit Harga jual Rp. 10,000 / unit
Maka BEP per unitnya
adalah
Rp.200,000
__________ = 40 units
10,000 – 5,000
Artinya perusahaan
perlu menjual 40 unit lampu agar terjadi break even point. Pada pejualan unit
ke 41, maka took itu mulai memperoleh keuntungan
2. Rumus BEP untuk
menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP :
Total Fixed Cost
__________________________________ x Harga jual / unit Harga jual per unit dikurangi variable cost
Dengan menggunakan
contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus diterima agar
terjadi BEP adalah
Rp.200,000
__________ x Rp.10,000 = Rp.400,000,- 10,000 – 5,000 |